TRADISI JOGET BINONGKO
"Binongko JOGEA IS MY LIFE terdapat satu kalimat dan dua bahasa didalamnya, mungkin inilah mukaddimah pembakar semangat untuk menggambarkan sebuah ciri Khas tersendiri dalam suatu Etnis Binongko"
Baca Juga :
Binongko Boxing Lahirkan Petinju dari Lewalu
Baca Juga :
Binongko Boxing Lahirkan Petinju dari Lewalu
Infomenarik.com-Kalabahi. Kabupaten Wakatobi merupakan singkatan dari kata Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Keempat pulau ini saling terhubung berjejer pulau-pulau dan dipisahkan oleh laut, masing-masing pulau menjadi Kecamatan yang terikat oleh Kabupaten Wakatobi. Sebagai salah satu tempat wisata maka tempat ini dijuluki sebagai “Underwater Paradise” karena memiliki karisma tersendiri dalam bidang kelautan.
Masyarakat binongko sangat mencintai dan memelihara berbagai adat kebiasaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka sejak ratusan tahun silam.”Tradisi jogea pada mulanya hanya dilakukan di kalangan raja atau bangsawan dalam lingkungan istana kerajaan pada masa silam. Kerajaan pertama yang menggemari jogea adalah Keraton Liya Togo, yang dalam sejarah dikenal dengan nama honari (menari) yang diiringi dengan musik tradisional. Pada pelaksanaan honari (menari) masyarakat biasa pun diundang untuk ikut meramaikannya. Honari (menari) selalu dilaksanakan pada saat bulan purnama dan dirangkaikan dengan acara hekomba‟a (membawa), yaitu acara pertemuan antara pemuda dan pemudi” Sehingga adat kebiasaan ini tidak lekang oleh arus globalisasi dan modernisasi, Salah satu adat kebiasaan yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Binongko adalah tradisi jogea (Joget).
Tradisi jogea yang dilakukan oleh masyarakat Binongko merupakan perayaan dan bersuka ria diantara para warga masyarakat, setelah mereka melakukan acara kampung, acara pernikahan dan acara besar lainnya. Namun, tradisi ini biasa juga dilaksanakan pada waktu tidak ada acara-acara besar sebelumnya, yang biasanya diadakan oleh para pemuda dan pemudi Kampung Binongko. Dalam tata cara jogea masyarakat binongko memiliki aturan tersendiri diantaranya Harus :
- Untuk laki-laki (Moane) Berpakian sopan, rapi, berkemeja, Celana Panjang dan menggunakan sepatu begitupula sebaliknya untuk perempuan (fofine) berpakian rapi, sopan, Rok atau Celana Panjang dan bersepatu atau sendal tertutup.
- Jogea sebaiknya dilakuan dengan berpasang-pasangan dan memiliki irama yang sama dengan lagu
- Kursi Laki-laki terpisah dengan kursi perempuan sehingga pada saat musik didendangkan terdapat saling jemput pasangan
- Tersenyum, bahagia dan gembira
- Menjaga Keamanan
- Tidak dalam pengaruh minuman beralkohol
- Sudah ada Izin dari Pihak Pemerintah dan Keamanan
Tradisi jogea yang dilakukan oleh masyarakat Binongko tergolong unik, sangat ketat dan rapi dan disitulah ciri khas jogea masyarakat binongko berada. Tradisi jogea adalah adat kebiasaan turun temurun yang masih dilaksanakan oleh Masyarakat Binongko dari zaman dulu, hingga pada saat sekarang. Tradisi ini selalu dilaksanakan pada waktu malam hari, seperti pernikahan, aqiqah, khitanan, dan acara-acara lainnya. Pelaksanaan tradisi ini sebagai bentuk ucapan rasa terimakasih kepada para warga yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan acara tadi dan sebagai obat melepas lelah karena sudah bekerja berhari-hari mulai dari penyusunan konsep kegiatan / rapat pembuka sampai pada selesai kegiatan.
"KALAU BUKAN KITA, SIAPA LAGI ?"
(RED)
Baca Juga :
0 Reviews :
Posting Komentar