MAKALAH
MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRKPATRICK
Dosen Pengampuh Dr. Andriyani, M.Si
Disusun oleh:
Mukmin Amsidi
2108050024
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2022
Baca Juga :
Binongko Boxing Lahirkan Petinju dari Lewalu
PHBI Gandeng Remaja Masjid Agung Al-Fatah
Pembentukan Panitia Pelantikan IKBW
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Model Evaluasi Program Pembelajaran Kirkpatrick” Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen Pengampu.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kalabahi, 28 Mei 2022
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II PENDAHULUAN
A.
Model Kirkpatrick
B.
Level Kirkpatrick
C. Hubungan Level Kirkpatrick
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mutu Pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu siswa, kepala sekolah, karyawan, komite sekolah, orang tua, masyarakat, kualitas pembelajaran, kurikulum dan sebagiannya Edi Suhartoyo dalam (Putro 2000:1). Hal serupa juga disampaikan oleh Djemari Mardapi dalam (Putro 2000:1) bahwa : Usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian. Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik.
Evaluasi program merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.
Dengan demikian salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilakukan, sedangkan salah satu faktor penting untuk efektivitas pembelajaran adalah faktor evaluasi baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran.
Evaluasi Merupakan suatau proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya. National Study On Evaluation dalam (Aulia et al., 2020:24) selanjutnya menurut Cross dalam (Nurjanah 2018:73) Evaluation is a process wich determines the exent to wich objectives have been achieved.
Menurut Kirpatrick (2006) tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan obyektif tentang suatu program yang telah direncanakan dan dilaksanakan. Informasi tersebut dapt berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai dan efesiensi. Hasil evaluas dapat juga dijadikan tolak ukur apakah program tersebut berhasil atau tidak, dapat dilanjutkan atau dihentikan, serta dapat dijadikan pijakan untuk menyusun program lanjutan. (Badu 2013:106).
Evaluasi program juga merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya.
Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat. Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. Biasanya model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Oleh karena itu dalam makalah akan membahas salah satu model evaluasi program yang dikenal dengan nama Model Evaluasi Kirkpatrick. Kirkpatrick adalah salah seorang ahli evaluasi program pelatihan dalam bidang pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Model evaluasi yang dikembangkan oleh Kikpatrick dikenal dengan istilah Kirkpatrick Four Levels Evaluation Model yaitu: Level 1 Reaction, Level 2 Learning, Level 3 Behavior, Dan Level 4 Result, dari nama tersebut dibuatlah nama model penilaian sehingga menjadi identitas Model evaluasi Kirkpatrick yang melekat kepada penciptanya (Ridho et al., 2020 : 1486).
Model Kirkpatrick memiliki beberapa kelebihan antara lain: 1). lebih komprehensif/luas, karena mencakup aspek kognitif, Psikomotorik dan afektif; 2). objek evaluasi tidak hanya hasil belajar semata tetapi juga mencakup proses, output maupun outcomes.
Sedangkan kekurangannya adalah untuk mengukur inpact sulit dilakukan karena selain sulit tolak ukurnya sudah diluar jangkauan guru atau sekolah. (Ritonga et al., 2019:16).
Model Kirkpatrick menjadi salah satu rujukan dan standar dari bebagai perusahaan besar dalam program training bagi pembenahan sumber daya manusia.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan model evaluasi Kirkpatrick?
2. Apa saja level evaluasi dalam model evaluasi Kirkpatrick?
3. Apa hubungan antar level evaluasi model Kirkpatrick?
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep model evaluasi Kirkpatrick.
2. Mengetahui level evaluasi dalam model evaluasi Kirkpatrick.
3. Mengetahui hubungan antar level evaluasi model Kirkpatrick.
Manfaat Penulisan
Sebagai referensi dalam memahami materi mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika bagi pembaca dan bagi penulis khususnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Model Evaluasi Program Kirkpatrick
Lin & Chuang dalam (Ritonga et al., 2019:14) mengatakan model evaluasi empat level Kirkpatrick merupakan model evaluasi yang level evaluasinya mencakup keseluruhan program untuk menilai apa yang kita butuhkan. Sedangkan menurut Falleta dalam (Ritonga et al., 2019:14) model evaluasi Kirkpatrick yaitu (a) untuk membenarkan keberadaan fungsi pelatihan dengan menunjukkan bagaimana kontribusi untuk tujuan dan sasaran organisasi, (b) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan program pelatihan, dan (c) meningkatkan pelatihan.
Menurut Kirkpatrick (1959) evaluasi didefinisikan sebagai kegiatan untuk menentukan tingkat efektifitas suatu program pelatihan. Dalam model Kirkpatrick, evaluasi dilakukan melalui empat tahap evaluasi atau kategori. Tahap ini adalah: (1) reaction adalah evaluasi untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta terhadap pelaksanaan suatu pelatihan; (2) learning adalah evaluasi untuk mengukur tingkat tambahan pengetahuan, ketrampilan maupun perubahan sikap peserta setelah mengikuti pelatihan; (3) behavior adalah evaluasi untuk mengetahui tingkat perubahan perilaku kerja peserta pelatihan setelah kembali ke lingkungan kerjanya; dan (4) result; adalah evaluasi untuk mengetahui dampak perubahan perilaku kerja peserta pelatihan terhadap tingkat produktifitas organisasi. (Damanik 2019:32-33)
Level Evaluasi dalam Model Evaluasi Kirkpatrick
Menurut Kirkpatrick (dalam Ramadhon, hlm.45) evaluasi terhadap efektivitas program pelatihan mencakup empat level evaluasi,yaitu sebagai berikut :
1. Reaction level Mengevaluasi terhadap reaksi peserta pelatihan berarti mengukur kepuasan peserta (customer satisfaction). Program pelatihan dianggap efektif apabila proses training dirasa menyenangkan dan memuaskan bagi peserta pelatihan sehingga mereka tertarik dan termotivasi untuk belajar dan berlatih. Dengan kata lain, peserta akan termotivasi apabila proses pelatihan berjalan memuaskan bagi peserta yang pada akhirnya akan memunculkan reaksi dari peserta yang menyenangkan. Sebaliknya, apabila peserta tidak merasa puas terhadap proses pelatihan yang diikutinya maka mereka tidak akan termotivasi untuk mengikuti kegiatan pelatihan lebih lanjut. Kepuasan peserta pelatihan dapat dikaji dari beberapa aspek, yaitu materi yang diberikan, fasilitas yang diberikan, strategi penyampaian materi yang digunakan oleh instruktur, media pembelajaran yang tersedia, jadwal kegiatan sampai menu dan penyajian konsumsi yang disediakan.
Penjelasan Reaction,
Mengetahui tingkat kepuasan peserta dapat dilakukan dengan mengukur beberapa aspek dalam pelatihan, yang meliputi: pelayanan panitia penyelenggara, kualitas instruktur, kurikulum pelatihan, materi pelatihan, metode belajar, suasana kelas, fasilitas utama dan fasilitas pendukung, kebernilaian dan kebermaknaan isi pelatihan, dan lain-lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan suatu pelatihan. Mengukur reaksi ini relatif mudah karena bisa dilakukan dengan menggunakan reaction sheet yang berbentuk angket. Evaluasi terhadap reaksi ini sesungguhnya dimaksudkan untuk mendapatkan respon sesaat peserta terhadap kualitas penyelenggaraan pelatihan. Oleh karena itu waktu yang paling tepat untuk menyebarkan angket adalah sesaat setelah pelatihan berakhir atau beberapa saat sebelum pelatihan berakhir.
Langkah-langkah dalam melakukan evaluasi di level-1 adalah:
a) Tentukan hal-hal yang dapat menginformasikan kepuasan peserta dalam mengikuti kegiatan pelatihan seperti fasilitas, jadwal, kualitas makanan, kualitas pengajar, kualitas diktat atau modul, kualitas media pembelajaran, strategi pembelajaran yang diterapkan pengajar, kesigapan dan keramahan panitia, serta informasi lainnya yang dibutuhkan.
b) Informasi-informasi tersebut kemudian dikemas dalam suatu format isian yang mudah dimengerti oleh subjek evaluasi, serta dapat mengkuantifikasikan informasi-informasi tersebut berupa angket dan Kuesioner Tambahkan juga kolom komentar dan saran sebagai informasi tambahan.
c) Lakukan evaluasi di level ini segera, baik ketika kegiatan belangsung, maupun setelah kegiatan pelatihan berakhir.
2. Learning level Menurut Kirkpatrick (dalam Damanik 2019:33) Ada tiga hal yang dapat pelatih ajarkan dalam program pelatihan, yaitu pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan. Peserta pelatihan dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan sikap,
Penjelasan Learning,
Evaluasi tahap kedua ini sesungguhnya evaluasi terhadap hasil pelatihan. Program dikatakan berhasil ketika aspek-aspek tersebut diatas mengalami perbaikan dengan membandingkan hasil pengukuran sebelum dan sesudah pelatihan. Semakin tinggi tingkat perbaikannya, berhasil pula suatu program pelatihan. Kegiatan pengukuran dalam evaluasi tahap kedua ini relatif lebih sulit dan lebih memakan waktu jika dibanding dengan mengukur reaksi peserta. Oleh karenanya penggunaan alat ukur dan pemilihan waktu yang tepat akan dapat membantu kita mendapatkan hasil pengukuran yang akurat. Alat ukur yang bisa kita gunakan adalah tes tertulis dan tes kinerja. Tes tertulis kita gunakan untuk mengukur tingkat perbaikan pengetahuan dan sikap peserta, sementara tes kinerja kita gunakan untuk mengetahui tingkat penambahan ketrampilan peserta. Untuk dapat mengetahui tingkat perbaikan aspek-aspek tersebut, tes dilakukan sebelum dan sesudah program. Disamping itu, Kirkpatrick juga menyarankan penggunaan kelompok pembanding sebagai referensi efek pelatihan terhadap peserta. Kelompok pembanding ini adalah kelompok yang tidak ikut program pelatihan. Kedua kelompok diukur dan diperbandingkan hasil pengukuran keduanya hingga dapat diketahui efek program terhadap pesertanya.
Langkah-langkah dalam melaksanakan evaluasi di level-2, adalah:
a) Lakukan evaluasi terkait peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap sebelum dan sesudah pelatihan.
b) Gunakan tes tertulis untuk mengukur pengetahuan dan sikap.
c) Gunakan tes performa dalam mengukur keterampilan;
Gunakan hasil pengukuran tersebut untuk melakukan tidakan yang sesuai. Yang dimaksud tindakan yang sesuai dalam hal ini adalah melakukan tindakan konfirmatif dengan hasil evaluasi di level-1, apakah karena pengajar kurang komunikatif dalam menyampaikan materi, terkait strategi belajar yang tidak sesuai dengan harapan peserta, atau karena faktor-faktor lain di level-1 yang mungkin dapat menyebabkan peserta mengalami demotivasi dalam belajar.
3. Behavior level Evaluasi pada level ketiga ini berbeda denga evaluasi terhadap sikap pada level kedua. Penilaian sikap pada evaluasi level 2 difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi pada saat pelatihan dilakukan sehingga lebih bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku difokuskan pada perubahan tingkah laku setelah peserta kembali ke tempat kerja. Yang dinilai dalam tingkah laku ini adalah perubahan perilaku setelah kembali ke tempat kerja maka evaluasi level ketiga ini dapat disebut dengan evaluasi terhadap outcome dari kegiatan pelatihan.
Penjelasan Behaviour,
Evaluasi terhadap perilaku ini difokuskan pada perilaku kerja peserta pelatihan setelah mereka kembali ke dalam lingkungan kerjanya. Perilaku yang dimaksud di sini adalah perilaku kerja yang ada hubungannya langsung dengan materi pelatihan, dan bukan perilaku dalam konteks hubungan personal dengan rekan-rekan kerjanya. Jadi, yang ingin diketahui dalam evaluasi ini adalah seberapa jauh perubahan sikap mental (attitude), perbaikan pengetahuan, atau penambahan ketrampilan peserta membawa pengaruh langsung terhadap kinerja peserta ketika kembali ke lingkungan kerjanya. Apakah perubahan sikap mental (attitude), perbaikan pengetahuan, atau penambahan ketrampilan peserta itu diimplementasikan dalam lingkungan kerja peserta ataukah dibiarkan berkarat dalam diri peserta tanpa pernah diimplementasikan. Evaluasi perilaku ini dapat dilakukan melalui observasi langsung ke dalam lingkungan kerja peserta. Disamping itu bisa juga melalui wawancara dengan atasan maupun rekan kerja peserta. Dari sini diharapkan akan diketahui perubahan perilaku kerja peserta sebelum dan setelah ikut program. Karena terkadang ada kesulitan untuk mengetahui kinerja peserta sebelum ikut pelatihan, disarankan juga untuk melakukan dokumentasi terhadap catatan kerja peserta sebelum mengikuti pelatihan. Pada program pelatihan yang sifatnya rutin yang merupakan kerjasama suatu institusi dengan penyelenggara pelatihan, mengukur perilaku kerja peserta dapat dilakukan secara simultan dari angkatan yang satu ke angkatan berikutnya. Dalam kasus ini, biasanya pimpinan organisasi atau institusi memegang peranan penting dan biasanya pimpinan organisasilah yang mengambil inisiatif sebab merekalah yang paling berkepentingan dengan hasil pelatihan yang sudah dikenakan pada anak buahnya. Seringkali peserta pelatihan membutuhkan waktu transisi dalam merubah perilaku kerjanya setelah ikut program. Oleh karena itu sangat disarankan pelaksanaan evaluasi perilaku ini dilakukan dengan terlebih dahulu memberi waktu jeda untuk masa transisi itu. Sementara pakar evaluasi menyarankan paling cepat 3 bulan setelah pelatihan berakhir. Disamping itu disarankan juga evaluasi ini dilakukan lebih dari satu kali dalam rentang waktu yang cukup untuk mengetahui apakah perubahan perilaku itu bersifat sementara ataukah permanen.
Langkah-langkah dalam melakukan evaluasi level-3 adalah:
a) Lakukan terlebih dahulu evaluasi di level-1 dan level-2.
b) Berikan waktu untuk berlangsungnya perubahan perilaku, yang umumnya adalah 3 sampai dengan 6 bulan setelah pelatihan.
c) Lakukan evaluasi perilaku baik sebelum dan sesudah program pelatihan apabila memungkinkan.
d) Lakukan metode survey menggunakan kuisioner atau/dan wawancara pada peserta pelatihan, atasan langsung peserta, bawahan peserta, dan pihak lain yang sering mengamati perilaku peserta.
e) Lakukan evaluasi pada semua peserta, atau apabila tidak memungkinkan gunakan metode sampling.
f) Lakukan evaluasi ulangan pada waktu yang sesuai, untuk memastikan peserta tetap pada perilaku yang sesuai dengan tujuan pelatihan.
4. Result level Evaluasi hasil dalam level keempat ini difokuskan pada hasil akhir yang terjadi karena peserta mengikuti suatu program. Yang termasuk dalam kategori hasil akhir dari suatu program pelatihan diantaranya adalah membandingkan kenaikan produksi sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan kenaikan produksi, peningkatan kualitas, penurunan biaya, penurunan kuantitas, dan kenaikan keuntungan. Beberapa program mempunyai tujuan meningkatkan moral kerja maupun membangun team work yang lebih baik. Dengan kata lain adalah evaluasi terhadap impact program. (Putro 2000:10)
Penjelasan Result,
Evaluasi hasil dalam level ke 4 ini difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi karena peserta telah mengikuti suatu program. evaluasi terhadap result ini bertujuan untuk mengetahui dampak perubahan perilaku kerja peserta pelatihan terhadap tingkat kinerjanya dalam organisasi. Dalam kegiatan pembelajaran model evaluasi ini mengarah pada hasil akhir yang diperoleh peserta pelatihan. Evaluasi result juga berfungsi untuk mengembangkan suatu program pembelajaran yang meliputi desain belajar mengajar. untuk menetapkan kedudukan suatu program pembelajaran berdasarkan ukuran/kriteria tertentu,sehingga suatu program dapat dipercaya, diyakini dan dapat dilaksanakan terus, atau sebaliknya program itu harus diperbaiki.
Langkah langkah dalam melakukan evalausi di level- 4 adalah:
a) Lakukan terlebih dahulu evaluasi di level-3. Berikan waktu dalam melihat dampak muncul atau tercapai. Tidak ada waktu yang spesifik dalam melakukan evaluasi hasil, sehingga dalam menentukan waktu pelaksanaan evaluasi harus mempertimbangkan berbagai faktor yang terlibat.
b) Dapat dilakukan dengan metode survey menggunakan kuisioner ataupun wawancara terhadap peserta pelatihan dan pimpinan perusahaan.
c) Lakukan pengukuran, baik sebelum dan sesudah program pelatihan apabila memungkinkan.
d) Pertimbangan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang didapat.
e) Dapat menggunakan data sekunder, seperti data penjualan, data produksi, dan data lainnya yang mendukung hasil survey dalam menganalisi hasil.
Hubungan Antar Level Evaluasi Model
Evaluasi Kirkpatrick menginterpretasikan bahwa keberhasilan pelatihan yang diukur di suatu level akan menjadi dasar keberhasilan di level selanjutnya. Jadi jika sejak level reaksi seorang partisipan sudah mengalami ketidakpuasan, maka tidak mungkin ia bisa meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sehingga bisa diasumsikan bahwa untuk mencapai Level 2 maka peserta harus lulus level 1, selanjutnya untuk mencpai level 3 maka peserta harus lulus level 2 begitu pula untuk mencapai level 4 maka peserta haruslah berhasil dilevel 3.
Baca Juga :
Binongko Boxing Lahirkan Petinju dari Lewalu
PHBI Gandeng Remaja Masjid Agung Al-Fatah
Pembentukan Panitia Pelantikan IKBW
BAB I
PENUTUP
Kesimpulan
Kirkpatrick salah seorang ahli evaluasi program pelatihan dalam bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM). Model evaluasi yang dikembangkan oleh Kirkpatrick dikenal dengan istilah Kirkpatrick Four Levels Evaluation Model. yaitu: level 1 reaction, level 2 learning , level 3 behavior, dan level 4 result evaluasi hasil dalam level ke 4 ini difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi karena siswa
Saran
Dalam melaksanakan evaluasi pelatihan hendaknya dilakukan secara sistematis sistem kontrolnya lebih terarah khususnya level 3 dan level 4.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, R., Diklat, B., & Jakarta, K. (2020). Penerapan
Model Evaluasi Kirkpatrick. 1.
Badu, S. Q.
(2013). Implementasi Evaluasi Model Kirkpatrick Pada Perkuliahan Masalah Nilai
Awal Dan Syarat Batas. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 16,
102–129.
Damanik, R. (2019). Evaluasi Program Pembelajaran Matematika
Dengan Pendekatan Kirkpatrick. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 8(2).
Nurjanah, A. (2018). Pengukuran Keberhasilan Diklat. Tatar
Pasundan Jurnal Diklat Keagamaan, XII(April), 71–82
Putro, W. E. (2000). Evaluasi Program Pembelajaran. Jurnal
Ilmu Pendidikan, 1–16.
Ramadhon,
Syafril. Penerapan
Model Empat Level Kirkpatrick dalam
Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur di Pusdiklat Migas, Forum Diklat, 6 (21), hlm. 45-48
Ridho, A., Kusaeri, K., Nasaruddin, N., & Rohman, F.
(2020). Evaluasi Program Gerakan Furudhul Ainiyah (Gefa) dengan Menggunakan
Model Kirkpatrick. Fikrotuna, 11(01).
Ritonga, R., Saepudin, A., & Wahyudin, U. (2019).
Penerapan Model Evaluasi Kirkpatrick Empat Level Dalam Mengevaluasi Program
Diklat Di Balai Besar Pelatihan Pertanian (Bbpp) Lembang. Jurnal Pendidikan
Nonformal, 14(1), 12.
Baca Juga :
Binongko Boxing Lahirkan Petinju dari Lewalu
PHBI Gandeng Remaja Masjid Agung Al-Fatah
Pembentukan Panitia Pelantikan IKBW
Mukmin Amsidi, was born in Kalabahi, precisely in Teluk Mutiara sub-district, Alor district, on October 12, 1994. The first literary work/book that was created was the Memorial Book 58 IMM while the author is taking Advanced Masters in Mathematics Education at Ahmad Dahlan University until now. Be a Muslim, and live on Jalan Hasanudin No.10. RT 12 RW 04 . Binongko Village. Pearl Bay District. Alor Regency. NTT. Hobby Fitness is reading and experimenting.
0 Reviews :
Posting Komentar